Akhir-akhir ini, masyarakat dibuat kebakaran jenggot dengan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak. Hal ini diperparah dengan kenaikan harga yang semakin membebani rakyat, terutama rakyat kecil. Bagaimana tidak? Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2014, kuota BBM subsidi yang sebelumnya 48 juta kiloliter sampai akhir tahun, dipotong menjadi 46 juta kiloliter. Ini mengakibatkan Pertamina harus bersikap "pelit" ketika mendistribusikan BBM kepada masyarakat, agar kuota yang "meramping" ini cukup untuk memenuhi kehausan masyarakat atas BBM. Jika tidak Pertamina akan kehabisan solar subsidi pada bulan November dan kehabisan premium subsidi pada Desember. Berdasarkan data Pertamina, sisa kuota premium subsidi per 18 Agustus 2014 tinggal 10 juta kiloliter, sedangkan solar tersisa 5,5 juta kiloliter.
Memang, BBM adalah barang yang sangat krusial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, setiap hari puluhan juta warga Indonesia berpergian dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum yang memakan banyak BBM, belum lagi konsumsi BBM oleh pembangkit lisrik.
Kondisi di Suatu SPBU |
Sepertinya sudah saatnya Indonesia, dalam hal ini masyarakatnya sendiri yang memulai mencari solusi yang efektif, efisien, dan kreatif terhadap permasalahan di ata. Banyak sekali sumber daya murah bahkan gratis di tanah air ini yang dapat diolah menjadi energi alternatif, antara lain:
1.
1. Minyak jelantah
Di Indonesia banyak sekali terdapat warung makanan. Warung-warung makanan tersebut sudah barang tentu menghasilkan limbah minyak jelantah setiap hari. Sangat disayangkan sekali kebanyakan minyak jelantah tersebut berakhir di selokan-selokan dan sungai-sungai. Padahal, minyak jelantah dapat kita gunakan sebagai bahan bakar alternatif, biodiesel.
Mengingat betapa banyaknya warung, rumah makan, dan restoran di negeri ini, maka bahan dasar pembuatan biodiesel minyak jelantah bisa dibilang tidak terbatas. Jika produksi biodiesel ini benar-benar terwujud dapat dibayangkan Indonesia tidak harus merengek meminta BBM.
Siklus Biodiesel |
2. 2. Sampah organik dan kotoran
Sampah –terutama sampah organik- dan kotoran, baik kotoran manusia maupun ternak, adalah dua “benda” yang sering kita jumpai di pemukiman padat penduduk dan pasar-pasar tradisional dan sering dianggap materi yang tidak berguna. Padahal, sampah organik dan kotoran dapat dipergunakan untuk menghasilakan gas metana.
Gas metana (CH3) adalah gas yang tidak berbau dan jika dibakar akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Gas metana merupakan gas rumah kaca, yang apabila terakumulasi di atmosfer dengan jumlah melebihi normal akan “menjebak” panas dari sinar matahari, sehingga menyebabkan pemanasan berlebihan pada permukaan bumi.
Jika diproduksi secara industri, gas metana ini dapat menggantikan LPG, bukan hanya untuk memasak, namun juga untuk bahan bakar kendaraan berbahan bakar gas yang mulai marak di Indonesia.
Jelas, jika hal ini betul-betul dapat terwujud, kita tidak cuma dapat mengatasi langkanya dan mahalnya BBM, tapi juga mengatasi problema terhadap lingkungan. Selain itu, mengingat bahan produksinya mudah didapat dan murah bahkan gratis, maka otomatis harga gas metana di pasaran pun tidak akan semahal BBM.
Referensi:
http://www.kemenperin.go.id/download/4638/Teknologi-Pengolahan-Biodiesel-Dari-Minyak-Goreng-Bekas-Dengan-Teknik-Mikrofiltrasi-Dan-Transesterifikasi-Sebagai-Alternatif-Bahan-Bakar-Mesin-Diesel\
id.wikipedia.org/wiki/Metana
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140825_bbm_antrean.shtml
sumber gambar:
https://subulussalamkota.wordpress.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/Methane#mediaviewer/File:Methane-CRC-MW-3D-balls.png
http://en.wikipedia.org/wiki/Methane#mediaviewer/File:Methane-CRC-MW-3D-balls.png